Cari Alamat Web Lain

Sabtu, 20 Februari 2010

Buku Pemetaan Suku-suku Di Tanah Papua


Sambutan Gubernur Propinsi Papua

Dengan memanjatkan Puji dan Syjukur Kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, saya selaku Gubernur Propinsi Papua menyambut dengan gembira terbitnya buku “Peta Suku Bangsa (Etnik) di Tanah Papua”. Sebagai salah satu pembinaan di bidang kebudayaan.

Jumlah suku-suku asli Papua yang mendiami Tanah Papua, dengan keaneka ragaman budaya itulah yang menjadi dasar berpijak untuk membangun kebudayaan mereka secara kokoh. Oleh sebab itu penetapan jumlah 248 suku asli di Tanah Papua melalui hasil penelitian dan seminar oleh tim yang terdiri dari : Jurusan Antropologi Universitas Cenderawasih (UNCEN), Dinas Kebudayaan Pripinsi Papua, Summer Institute Linguistic (SIL), Dewan Adat Papua (DAP), Badan Pusat Statistik Propinsi (BPS). Yang melibatkan tokoh adat, Agama, Masyarakat, Perempuan, Pemuda, Seniman dan Budayawan sebagai perwakilan dari 7 (tujuh) wilayah adat yang meliputi : Mamta, Saireri, Domberai, Bomberai, Ha-Anim, La-Pago dan Mi-Pago. Ini merupakan data informasi pemetaan terbaru melalui hasil seminar. Semoga informasi terbaru ini tentang jumlah suku-suku asli di Tanha Papua ini dapat dipergunakan dalam berbagai aspek kajian dan evaluasi dalam membantu program pembangunan dari pemerintah maupun dari pihak lainya, pada saat ini dan kedepannya. Semoga kerja keras dan usaha kita untuk memjukan kebudayaandi Tanah Papua bias memberikan pelajaran berharga bahwa “Bangsa yang kuat adalah Bangsa yang menghargai dan tidak melupakan Budaya Leluhurnya”. Karena hal itu suatu kekuatan identitas yang mendasar dalam segala aspek pembangunan terutama pembangunan di bidang kebudayaan.

Kepada semua pihak yang telah membantu sehingga memungkinkan diterbitkanya buku “Peta Suku Bangsa di Tanah Papua” ini, tidak lupa saya ucapkan terimakasih.

Jayapura, Desember 2008

GUBERNUR PROPINSI PAPUA

BARNABAS SUEBU, SH


Sambutan Kepala Dinas Kebudayaan Propinsi Papua

Propinsi Papua memiliki keaneka ragaman budaya yang merupakan suatu potensi yang besar selain potensi alamnya, untuk itu perlu perhatian baik dari segi pembinaan maupun segi pelestarianya. Memang tidak dapat disangkal bahwa di Papua memiliki suku-suku yang sangat banyak. Oleh karena itu Dinas Kebudayaan Propinsi Papua bekerja sama dengan Jurusan Antropologi Universitas Cenderawasih (UNCEN), Summer Institute Linguistic (SIL), Dewan Adat Papua (DAP), Badan Pusat Statistik (BPS) Propinsi Papua, berupaya mengumpulkan data tentang seluruh suku-suku di wilayah Tanah Papua secara implisit.

Memang selama ini angka yang digunakan untuk menyatakan jumlah suku bangsa di wilayah Papua adalah 250, bahkan ada peryataan 253 dan beberapa angka lain, tanpa ada pembuktian yang valid. Dari hasil pengumpulan data oleh tim dan setelah di seleksi dan ditetapkan melalui seminar yang melibatkan tokoh Adat, tokoh Agama, tokoh Perempuan, tokoh Pemuda dan tokoh Masyarakat mewakili 7 wilayah adat yaitu : Wilayah Adat Mamta, Wilayah Adat Saireri, Wilayah Adat Bomberai, Wilayah Adat Domberai, Wilayah Adat Ha-Anim, Wilayah Adat La-Pago, Wilayah Adat Mi-Pago, ternyata sebanyak 248 suku. Penetapan jumlah 248 suku asli ini merupakan data informasi sementara dan terbaru. Melalui hasil penelitian dan seminar. Untuk itu diharapkan semoga dapat dipergunakan dalam berbagai aspek kajian dan evaluasi dalam membantu program pembangunan dari Pemerintah maupun pihak lainya.

Diiringi rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, selaku Kepala Dinas Kebudayaan Propinsi Papua menyambut dan sekaligus mengharapakan dengan terbitnya buku “Peta Suku Bangsa di Tanah Papua”. Ini dapat menambah perbendaharaan pengetahuan di Bidang Kebudayaan bagi masyarakat terutama bagi dunia pendidikan.

Saya menyambut baik usaha awal Tim Pengumpul Data dan Penulis dai Jurusan Antropologi Universitas Cenderawasih, Summer Institute Linguistic, Dinas Kebudayaan Propinsi Papua, Dewan Adat Papua, Badan Pusat Statistik Propinsi Papua.yang telah berhasil mengumpulkan dat dan menulis “Peta Suku Bangsa di Tanah Papua”untuk menjadi bahan suplemen muatan lokal bidang kebudayaan bagi pendidikan dasar sampai Perguruan Tinggi di Tanah Papua. Kiranya Tuhan Memberkati usaha maksimal ini.

Jayapura, Desember 2008

KEPALA DINAS KEBUDAYAAN PROPINSI PAPUA


Daftar Isi :

Sambutan Gubernur Propinsi Papua Papua ……………………. 2

Sambutan Kepala Dinas Kebudayaan Propinsi Papua………… 3

Selayang Pandang Sejarah Suku-suku Di Tanah Papua

(Sebuah Gambaran Kajian Sejarah) …………………………… 5

Profile Topografi dan Geografi Suku-suku di Tanah Papua

(Sebuah Kajian Kultural Etnografis) ……………………………. 7

Skema Foto Proses Pembuatan Sagu …………………………… 10

Pemetaan Suku Bangsa di Tanah Papua …………………………11

7 (Tujuh) Wilayah Pembagian Adat ……………………………. 12

Wilayah Adat 1 Mamta ………………………………………… 13

Wilayah Adat 2 Saireri …………………………………………. 15

Wilayah Adat 3 Bomberai ……………………………………… 17

Wilayah Adat 4 Domberai ……………………………………… 19

Wilayah Adat 5 Ha-Anim ………………………………………. 21

Wilayah Adat 6 La-Pago ……………………………………….. 23

Wilayah Adat 7 Mi-Pago ………………………………………. 25

Pemetaan Suku Bangsa di Tanah Papua Sarana Rekonsiliasi

Eksitensi Budaya Papua Saat ini ………………………………… 27

Kepustakaan ……………………………………………………. 29


Selayang Pandang Sejarah Suku-suku di Tanah Papua Sebuah Gambaran Kajian Sejarah

“Orang Papua” yang sekarang kita kenal sebagai sebutan untuk suku bangsa-suku bangsa yang berada di pulau paling timur dari kawasan Nusantara ini (pulau Irian) telah mengalami beberapa kali penamaan berdasarkan perkembangan sejarah. Pulau Irian yang berbentuk seekor burung raksasa, dimana 47% yang merupakan kepala, tengkuk, punggung, leher, dada dan perut dinosaurus adalah wilayah Irian Jaya, dan 53% sisanya yang merupakan ekor adalah wilayah Papua New Guinea (PNG).

Bagian kepala pulau Irian disebut “Doreh” (lima gigi) oleh para pelaut Indonesia, karena semenanjung yang meruncing dengan teluk-teluk yang sempit (teluk Wandamen, teluk Umar, teluk Beraur, teluk Sebakor, dan teluk Arguni). Dalam peta-peta Belanda, daerah ini disebut “ Vogelkop Schiereiland”. Sedangkan bagian belakang kepala dan tengkuknya dibentuk oleh teluk Cenderawasih ( dalam peta Belanda disebut Geelvink Baai) yang terdapat pulau Yapen, Biak Numford, Supriori, dan pulau kecil lainnya. Dibagian punggung ada tanjung dengan garis pantai yang membujur kearah timur dengan deretan pegunungan yang sejajar garis pantai yang merupakan tulang punggungnya. Bagian leher, dada dibentuk oleh suatu garis pantai yang membujur dari daerah Kepala Burung kearah timur. Dibagian selatan terletak pulau Yos Sudarso (Kimaam) yang terpisah dari pulau besar Irian Jaya yang menyerupai lengan dinosaurus.

Orang Belanda menyebut pulau Irian dahulu yaitu Niew-Guinea oleh seorang pelaut Spanyol, Ynigo Ortiz de Retes (1545) yang menyebut “Neuva Guinea(Guinea Baru). Penduduk Irian (Papua) yang berkulit hitam mengingatkannya kepada penduduk pantai Guinea di benua Afrika (Naber, 1915: 527-533). Sebutan lain juga adalah “Papua” yang mula-mula dipakai oleh pelaut Portugis Antonio d’ Arbreu yang mengunjungi pantai Papua pada tahun 1551. Nama itu kemudian dipakai oleh Antonio Pigafetta pada waktu berada di laut Maluku pada tahun 1521. Kata “Papua” berasal dari kata Melalyu “Pua-pua” yang berarti “keriting (Stirling, 1943: 4).

Dalam konferensi Malino 1946 nama “Iryan” diusulkan oleh F. Kaisepo. Kata itu berasal dari bahasa Biak yang artinya “Sinar matahari yang menghalau kabut di laut”, sehingga ada “harapan bagi para nelayan Biak untuk mencapai tanah daratan Irian. Pengertian lain dari kata ini juga pada orang Biak, bahwa Iraian itu berasal dari dua kata yaitu “Iri” dan “an”. Iri berarti “panas” dan an berarti “tanah”. Jadi artinya tanah yang panas. Masyarakat Marind-anim di pantai selatan mengatakan kata Irian berarti tanah air” Akhirnya presiden Soekarno mempopulerkan kata Irian sebagai kata yang pertama dari singkatan “Ikut Republik Indonesia Anti Nederland”.

Ciri dan Identitas Orang Papua

Orang Papua tidak pernah diteliti oleh para ahli mengenai cri-ciri ras. Hanya beberapa orang dokter dan ahli antropologi ragawi saja yang telah melakukan pengukuran tinggi badan dan indeks ukuran tengkorak pada beberapa individu dibeberapa tempat yang terpencar. Bahan-bahan itu belum cukup untuk mendapatkan gambaran yang menyeluruh tentang ciri-ciri fisik masyarakat di Papua. Menurut H.J.T. Bijlmer (1923). Ada kecenderungan bahwa orang Papua makin jauh dari pantai makin pendek tubuhnya, demikian pula bentuk tengkorak penduduk pantai umumnya lonjong dan makin kearah pedalaman bentuknya menjadi sedang. Indeks ukuran bagian-bagian muka pada beberapa penduduk pantai ada yang lebar, namun tidak jarang pula ada orang pantai yang panjang bentuk mukanya, dan didaerah pedalaman keadaannyapun sama (Koentjaraningrat, 1993). Seorang ahli ragawi Belanda J.P. Kleiweg de Zwaam mengatakan bahwa suatu “ras papua” atau “ras Irian” itu tidak ada. memang diantara penduduk papua sendiri ada perbedaan ciri-ciri ras khusus. Kebinekaan ciri-ciri ras pada berbagai penduduk asli Papua lebih jelas terlihat melalui ciri-ciri ras fenotip mereka, yaitu warna dan bentuk rambut, walaupun dalam hal ini tidak ada keseragaman. Warna rambut orang papua hampir semuanya hitam tetapi tidak semuanya keriting. Penduduk yang tinggal di sepanjang sungai Mamberamo, rambutnya banyak yang berombak dan bahkan ada pula yang lurus, sedang ada pula yang lurus dan kejur (Neuhauss, 1911).


Informasi Selanjutnya Tentang Buku Ini Bisa Menghubungi Alamat (Laboratorium Kebudayaan Papua Dinas Kebudayaan Propinsi Papua) dan Kontak Person Hp.08124859662 - Habel Samakori



5 komentar:

  1. hai....
    maaf!!
    saya edison pigai. salah satu putra papua yang sedang kuliah di bandung.
    saya tertarik dengan buku dengan judul di atas.
    saya mau pesan buku pemetaan suku-suku di tanah papua tersebut. bagaimana caranya untuk mendapatkan buku tersebut?
    terima kasih

    BalasHapus
  2. saya Fanny Dimasruhin, mahasiswa ITS Surabaya
    Saya juga Ingin pesan buku diatas, apakah sudah dirilis? karna saya juga tertarik dengan budaya bangsaku, dan mereka juga saudara saya
    Terima kasih

    BalasHapus
  3. alhamdulillah..........akhirnya saya temukan informasi yang sangat saya butuhkan, bahkan sudah dalam bentuk buku. Mohon informasi lebih lanjut bagaimana cara untuk memperoleh buku "Peta Suku Bangsa di Tanah Papua" tersebut.

    hormat saya
    Tri Widayat
    (staf Balai Besar Litbang Tanaman Obat dan Obat Tradisional, Litangkes, Kemenkes).

    BalasHapus
  4. oops...mohon maaf, ternyata di atas sudah tertulis contact person yang dapat dihubungi untuk memperoleh informasi lebih jauh tentang buku ini.

    Tri Widayat
    (B2P2TO2T, Litbangkes)

    BalasHapus
  5. "SYALOOM"
    Perkenalkan:
    Nama Saya Wempy Bob Raweyai.
    Status Mahasiswa, Institut Sains dan Teknologi Indonesia (ISTI) Manokwari-Papua Barat.
    Setelah baca buku di atas, saya sangat tertarik untuk mendapat buku tersebut.
    Caranya Bagaimana..?
    ini nmr hp saya: 081247227444.
    tolong berikan panduan untuk mendapat Buku tersebut.
    Terimakasih.
    "IMANUEL"

    BalasHapus

Tanggapan anda dengan adanya Laboratorium Media Informasi Kebudayaan Papua ?